Baby Blues pada Ibu Baru Melahirkan dan Cara Mengatasinya

Baby Blues: Apakah Normal?

Memiliki momongan adalah impian untuk kebanyakan keluarga baru, namun untuk beberapa orang hal ini justru bagai bumerang sebab dapat membawa dampak negatif bagi bayi, ibu dan keluarga. Salah satu dampak negatif pascamelahirkan ialah baby blues. Menurut studi dari Amerika Serikat, 50 sampai 70 ibu pascamelahirkan mengalami perubahan emosional. 15% di antaranya bahkan berlanjut hingga ke tahap depresi postpartum atau PPD (Postpartum Depression).

Baby Blues dialami oleh ibu sejak 2 hari sampai 2 minggu setelah melahirkan. Jika lebih, kemungkinan Anda sudah berada pada tahap postpartum depression.  Gangguan ini tidak hanya menyerang ibu namun juga suami apalagi jika si ibu mengalami gejala-gejala gangguan ini.  

Pada artikel ini akan dibahas mengenai definisi, gejala dan cara mengatasi baby blues, apalagi jika itu terjadi pada orang terdekat kita. 

Apa itu Baby Blues?

Baby Blues merupakan gangguan afektif ringan yang menyerang ibu baru melahirkan. Gangguan ini menghasilkan perasaan negatif dan perubahan mood yang signifikan. Baby blues tidak hanya memengaruhi ibu namun juga menciptakan hubungan yang buruk terhadap bayi dan keluarga.

Gejala Baby Blues

Baby blues pada ibu baru melahirkan memiliki gejala yang hampir mirip dengan gejala stres pada umumnya. Namun untuk lebih spesifik, berikut gejala baby blues yang dialami oleh ibu pascamelahirkan.

  • sensitif
  • cemas berlarut-larut
  • mood yang mudah berubah seperti dapat tiba-tiba menangis tanpa sebab yang jelas

Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami gejala-gejala di bawah ini, mungkin Anda atau orang terdekat Anda sudah berada di fase postpartum depression.

  • Kesulitan tidur
  • Lesu sepanjang hari
  • Sedih yang persisten
  • Menarik diri dari orang-orang
  • Memiliki pikiran untuk menyakiti si bayi dan diri sendiri
  • Tidak memiliki semangat melakukan aktivitas yang ringan sekalipun

Penyebab Baby Blues

Meskipun tenaga kesehatan tidak dapat memberikan penjelasan yang pasti mengenai penyebab baby blues, beberapa indikator dapat dikaitkan secara medis. Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisiologis seperti laktasi untuk menyesuaikan kebutuhan si bayi. 

Baby blues juga normal terjadi pada ibu baru melahirkan karena ada perubahan hormon dan senyawa kimia di dalam otak. Setelah melahirkan, hormon estrogen di dalam tubuh ibu akan menurun drastis sehingga memengaruhi perubahan suasana hati. Hormon estrogen ialah hormon yang berperan penting dalam pubertas, reproduksi dan menopause wanita. 

Perubahan-perubahan fisiologis dan hormonal tersebut dipercaya dapat memperparah baby blues menjadi postpartum depression. Penyebab-penyebab lainnya juga bisa dikaitkan dengan hal-hal di bawah ini.

  • Masalah finansial
  • Hamil di usia muda
  • Kesulitan menghasilkan asi
  • Memiliki riwayat masalah kesehatan mental
  • Fisik dan trauma psikologis seperti kekerasan domestik
  • Hubungan interpersonal yang buruk seperti dengan suami dan keluarga
  • Citra diri yang buruk seperti menjadi tidak percaya diri setelah melahirkan
  • Baru mengalami kejadian buruk seperti meninggalnya anggota keluarga

Cara Mengatasinya 

Baby blues sebenarnya normal terjadi apalagi jika baru melahirkan anak pertama. Memiliki anak merupakan tantangan yang tidak mudah bahkan bagi orang tua yang pernah memiliki anak sebelumnya. Anda dan pasangan Anda harus mampu beradaptasi dengan baik. 

Jika Anda merasa mengalami gejala-gejala di atas, jangan menahannya sendirian. Anda bukan ibu yang gagal karena mengalami baby blues. Hal itu normal secara klinis. Anda dapat membicarakannya ke orang yang Anda percayai seperti pasangan dan teman.  Namun jika Anda merasa gangguan ini mengganggu kesehatan dan keselamatan Anda dan si bayi, sudah waktunya Anda mencari bantuan profesional.

Jika gejala-gejala tersebut dialami oleh orang terdekat Anda, hal yang paling minimal Anda bisa lakukan adalah mengajaknya berdiskusi. Anda bisa memberikan afirmasi ringan seperti memberikan penghargaan kecil berupa makanan kesukaannya. Jangan biarkan dia merasa sendirian dan tidak memiliki siapapun untuk mendukungnya. 

Jika Anda merasa periode baby blues yang dialami oleh partner atau keluarga Anda tidak tampak usai, Anda bisa mencari bantuan profesional. 

Untuk mereduksi gejala-gejala baby blues, terdapat langkah mudah yang bisa Anda lakukan. 

Tidur sebanyak yang Anda butuhkan. Meski sekarang Anda memiliki seorang bayi yang jam tidurnya tidak bisa Anda kontrol, Anda tetap dapat mengontrol asupan kafein dan gadget yang mengganggu tidur Anda.

Hindari alkohol, rokok dan zat adiktif. Kebiasaan ini dapat memengaruhi suasana hati Anda menjadi tidak stabil.

Makan makanan kaya vitamin C. Vitamin C telah terbukti sebagai salah satu nutrisi yang erat kaitannya dengan kesehatan mental. Beberapa riset menemukan bahwa orang dengan gejala gangguan kesehatan mental memiliki defisiensi vitamin C dan menunjukkan perbaikan suasana hati setelah diberi asupan vitamin C yang cukup. 

Anda dapat memenuhi asupan nutrisi vitamin C melalui buah-buahan seperti jeruk, stroberi, kentang dan brokoli. Bila perlu, Anda dapat mengonsumsi suplementasi kesehatan seperti Nutracare Ester C 500 yang berguna untuk menjaga daya tahan tubuh Anda namun lebih tidak perih di lambung. 

Habiskan waktu bersama keluarga dari pasangan Anda. Saat Anda merasa di titik rendah, penting untuk Anda tetap berkomunikasi dengan orang-orang terdekat Anda. Jika Anda belum bisa menceritakan masalah Anda, berada di dekat orang-orang terdekat akan membantu Anda merasa tenang dan aman.

Pergi keluar rumah. Anda bisa berjalan kaki di sekitar perumahan Anda atau berjemur di pagi hari. Tanpa paparan sinar matahari, serotonin Anda menjadi menurun. Rendahnya serotonin berhubungan erat dengan suasana hati sehingga meningkatkan risiko SAD (Seasonal Affective Disorder) atau gangguan afektif musiman.